Minggu, 31 Oktober 2010

SISTEM PENUNJANG SANITASI BANGUNAN


SALURAN AIR KOTOR (DRAINASE)
Ketentuan Gambar Teknik Sistem Drainase


Contoh Gambar  Rencana Drainase Rumah Tinggal






MACAM-MACAM SUMUR
  1. Bak Penguras Pelataran


  1. Bak Penapis Bahan Bakar / Minyak
    • Biasanya digunakan untuk melengkapi Bak Penguras Pelataran pada zona parkir, cuci mobil, dan bengkel
    • Bak ini perlu dibersihkan secara teratur dalam jangka waktu tertentu.
    • Fungsi: untuk menghindari pencemaran dan mempermudah proses pengolahan air limbah pada saluran umum kota


  1. Bak Kontrol
§       Dipasang pada pipa saluran air hujan atau air limbah
§       Fungsi: agar instalasi dapat dibersihkan menurut kebutuhan
§       Pada rumah tinggal, untuk memepermudah pemeliharaan, minimal ada 2 bak kontrol dengan jarak < 15.0 m dan pipa penghubung harus lurus. Biasanya bak kontrol diletakkan pada pipa penyambung cabang.
Diameter bak kontrol f 60 cm jika kedalaman < 1.00 m dan f 80 cm jika kedalaman > 1.00 m.

  1. Sumur Resapan
§       Dipasang untuk meresapkan air hujan dan sebagai peluapan olahan limbah dari septic tank.
§       Ukuran sumur resapan tergantung pada kapilaritas tanah dan banyaknya air yang diinginkan untuk meresap ke tanah.
§       Pada instalasi rumah ringgal, luas resapan (permukaan yang terbuka ke tanah pada lantai dan dinding) dibutuhkan  min > 4.0 m2
§       Diameter sumur resapan 80-100 cm, kedalaman 2.0 - 3.0 m di bawah pemasukan pipa air limbah dan > 50 cm di atas permukaan air tanah.
§       Sumur resapan diisi dengan lapisan kerikil kasar (f30-80 mm), ijuk (tebal 5 cm) dan pasir kasar (30-50 cm) yang berfungsi sebagai saringan.


SEPTIC TANK

PERLENGKAPAN SANITER

Kloset Jongkok

Kloset Duduk

Minggu, 11 April 2010

DESAIN SADAR ENERGI (ENERGY CONCIOUS DESIGN)



EMBODIED ENERGY
Energi yang terkandung dalam material bangunan, meliputi energi :
thermal-mass material
Energi untuk proses produksi
Pengangkutan (transportasi)
Proses konstruksi

OPERATING ENERGY / ENERGY END-USE
Energi yang digunakan untuk operasional bangunan, meliputi:
energi yang digunakan sistem Mecahanical - Electrical (lampu, AC, lift,dll)

TERMINOLOGI ENERGI DALAM BANGUNAN
Strategi untuk mereduksi embodied energy tanpa mempengaruhi ketahanan dan efisiensi material :
‘Re-use’ atau gunakan kembali bangunan dan struktur yang telah ada semaksimal mungkin
‘Design for long life-time’. Rancang bangunan untuk waktu pakai yang lama, dengan pemeliharaan sederhana dan kemampuan adaptasi untuk pergantian fungsi
Gunakan material lokal dan bersifat ‘low- energy materials’ bila memungkinkan
Kurangi proporsi ‘bangunan tinggi’, perbanyak dengan pembangunan ‘single-storey building’

OPERATING ENERGY / ENERGY END-USE DALAM BANGUNAN
Operating Energy meliputi semua energi yang digunakan untuk operasional bangunan, dengan gambaran proporsional seperti gambar di samping.
Secara global tingkat konsumsi energi menunjukkan angka yang paling besar di bidang konstruksi.

ARSITEKTUR & ENERGI dalam perspektif sejarah
A. Arsitektur Pra Industri (sebelum periode 1800):
Karakteristik periode ini adalah sumber daya berlimpah dan keterbatasan teknologi
Sistim struktur yang menjadi andalan konstruksi bangunan adalah
konstruksi dinding pemikul
konstruksi busur, dengan ketebalan dinding bata masif, relatif menerus,
modul struktur terbatas yang mengakibatkan terbatasnya lebar pembukaan
material utama kayu dan batu.
Pengendalian lingkungan pada bangunan mengandalkan kemampuan selubung bangunan (dinding dan atap) sebagai mediator utama antara kondisi eksternal dan internal.

Climate Responsive
Penampilan arsitektur yang dihasilkan adalah bangunan
dinding pemikul dengan kualitas isolasi panas baik (iklim dingin, panas kering),
dinding kayu/bambu olahan yang semi permanen (iklim panas lembab),
akses terbatas untuk iluminasi alamiah, seperti yang terdapat dalam arsitektur gotik, renaisans, romaneski (iklim temperate dan dingin),
arsitektur tradisional (iklim panas lembab).