PENGERTIAN
UMUM BANGUNAN SILO :
Adalah suatu bangunan
vertikal berbentuk tabung (berpenampang lingkaran atau oval), yang terbuat dari
struktur beton, struktur baja, atau kompositas struktur beton dan baja.
Bangunan silo umumnya
digunakan sebagai gudang penyimpanan material dan media untuk proses
pencampuran (mixing/ blending) material. Namun pada kepentingan yang lain,
bangunan silo juga bisa difungsikan sebagai wahana peluncur roket dan bangunan
hunian.
Selain fungsi utamanya,
bangunan silo akhir-akhir ini sering pula dijadikan ikon arsitektural dan
estetika dengan tujuan untuk pencitraan ramah lingkungan bagi sebuah
industrial.
GENERAL
ITEM OF SILO WORK :
- PONDASI TIANG PANCANG
- PILECAP ( BETON MASA )
- DINDING BETON
- PEKERJAAN PLATFORM DAN ROOFING
- POST TENSION
PONDASI TIANG PANCANG :
Perkerjaan tiang pancang dilakukan oleh tenaga ahli khusus yang telah memiliki sartifikasi pemancangan, baik alat pemancang dan material pancang. Sebagai pertanggungjawaban secara engineering, dilakukan test PDA pada beberapa tiang pancang berdasarkan SNI yang berlaku, test PDA dilakukan untuk mengetahui daya dukung individu tiang pancang, selain PDA test juga wajib dilakukan PIT (Pile Integrated Test) atau untuk mengetahui keutuhan tiang pancang. Apabila daya dukung aktual tidak memenuhi daya dukung rencana, maka wajib dilakukan Re-Engineering Calculation.
Untuk semakin meyakinkan secara Engineering, pembacaan kalendering tiang pancang dilakukan pada tiap pile, dari hasil kalendering yang mencatat seberapa dalam penurunan tiang dalam 10 pukulan. pada umumnya adalah 10-15 mm / 10 blow. Apabila sudah mendapatkan hasil tersebut pemancangan dapat dihentikan, untuk menghindari deformasi dari tiang pancang itu sendiri.
PILE CAP (BETON MASSA) :
Mass concrete adalah volume beton dengan dimensi
yang cukup besar sehingga perlu pengendalian thermal tehadap panas yang
ditimbulkan oleh proses hydrasi semen.
Suatu struktur beton dikatagorikan sebagai beton massa, yakni apabila memiliki dimensi ketebalan minimal antara 1–1,5 m, atau rasio Volume terhadap Luas permukaan > 1,2 atau lebih, dimana tidak
dikehedaki untuk mendapatkan kuat tekan awal beton yang sangat
tinggi.
PROBLEM UTAMA PADA PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON MASSA
1.Efek negatif dari
perilaku panas hidrasi semen beton massa (thermal behavior).
2.Efek negatif dari
diskontinyu supply material beton dan buruknya
metode pelaksanaan.
Umumnya peningkatan temperatur
terjadi pada hari ke 1 sampai ke 3 setelah pengecoran. Pada struktur yang sangat tebal, proses penurunan suhu
sampai ke ambient temps membutuhkan waktu yang sangat lama.
ILUSTRASI EFEK THERMAL BETON MASSA :
- Temperatur kulit beton
<< Temperatur inti beton.
- Nilai regangan kulit
beton << nilai regangan inti
beton.
- Terjadinya pengerasan
yang cepat pada sisi beton
terluar bisa pula mengakibatkan terjebak nya udara proses hidrasi beton yang masih tersisa di sisi
dalam.
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA UPAYA PENGENDALIAN TEMPERATUR
BETON MASSA :
Perbedaan temperatur maksimum antara
temperatur di bagian layer terluar, layer tengah, dan layer terdalam beton yakni 40°C/ jam. Dan perbedaan
temperatur maksimum antara layer terluar beton dengan temperatur lingkungan
yakni 20°C/ jam.
Perawatan beton pasca
pengecoran dengan cara mengatur pelepasan panas yang dihasilkan dari
reaksi kimia hidrasi semen.
Metoda ini dilaksanakan
dengan cara menutup permukaan beton yang berhubungan langsung dengan udara luar dengan plastik +
styrofoam.Hal ini penting untuk
membatasi keluarnya panas dari permukaan beton, sehingga temperature
differential dapat diminimalkan, khususnya pada kondisi cuaca yang sangat
dingin.
METODE PENGUKURAN TEMPERATUR BETON MASSA :
Pengukuran temperatur
beton massa dilakukan dengan cara menanam peralatan instrument sensor
temperatur (Thermocouple) pada lapis-lapis dan area struktur beton massa yang
akan dimonitor kondisi temperaturnya.
Jumlah dan lokasi
pemasangan thermocouple pada beton massa, ditentukan berdasarkan pada dimensi
struktur beton massa dan titik yang diperlukan untuk dimonitor kondisi perilaku
temperaturnya (biasanya ditempatkan pada posisi: pojok-pojok kanan-kiri, tengah,
layer bawah, layer tengah, dan layer atas).
Berdasarkan referensi ACI
116R, monitoring dan
pencatatan data temperatur beton massa diatur sebagai berikut : Untuk rentang waktu 24 jam pertama, pembacaan
temperatur dilaksanakan setiap 2 jam. Untuk rentang waktu 2 x
24 jam berikutnya, pembacaan
temperatur dilaksanakan setiap 3 jam. Selanjutnya untuk
rentang waktu hari ke 4 hingga ke 7,
setiap 24 jam dilakukan pembacaan
temperatur 4 kali, yakni: setiap pagi jam 09.00, siang jam 12.00, sore jam
17.00, malam jam 20.00.
PELAKSANAAN PILECAP:
![]() |
Pekerjaan Lean Concrete |
![]() |
Pekerjaan Begisting |