Sabtu, 29 Oktober 2016

METODE PEMBANGUNAN SILO SEMEN






PENGERTIAN UMUM BANGUNAN SILO :
Adalah suatu bangunan vertikal berbentuk tabung (berpenampang lingkaran atau oval), yang terbuat dari struktur beton, struktur baja, atau kompositas struktur beton dan baja.  Bangunan silo umumnya digunakan sebagai gudang penyimpanan material dan media untuk proses pencampuran (mixing/ blending) material. Namun pada kepentingan yang lain, bangunan silo juga bisa difungsikan sebagai wahana peluncur roket dan bangunan hunian. 

Selain fungsi utamanya, bangunan silo akhir-akhir ini sering pula dijadikan ikon arsitektural dan estetika dengan tujuan untuk pencitraan ramah lingkungan bagi sebuah industrial. 


GENERAL ITEM OF SILO WORK :
- PONDASI TIANG PANCANG
- PILECAP ( BETON MASA )
- DINDING BETON
- PEKERJAAN PLATFORM DAN ROOFING
- POST TENSION


PONDASI TIANG PANCANG :


Perkerjaan tiang pancang dilakukan oleh tenaga ahli khusus yang telah memiliki sartifikasi pemancangan, baik alat pemancang dan material pancang. Sebagai pertanggungjawaban secara engineering, dilakukan test PDA pada beberapa tiang pancang berdasarkan SNI yang berlaku, test PDA dilakukan untuk mengetahui daya dukung individu tiang pancang, selain PDA test juga wajib dilakukan PIT (Pile Integrated Test) atau untuk mengetahui keutuhan tiang pancang. Apabila daya dukung aktual tidak memenuhi daya dukung rencana, maka wajib dilakukan Re-Engineering Calculation. 



Untuk semakin meyakinkan secara Engineering, pembacaan kalendering tiang pancang dilakukan pada tiap pile, dari hasil kalendering yang mencatat seberapa dalam penurunan tiang dalam 10 pukulan. pada umumnya adalah 10-15 mm / 10 blow. Apabila sudah mendapatkan hasil tersebut pemancangan dapat dihentikan, untuk menghindari deformasi dari tiang pancang itu sendiri.


PILE CAP (BETON MASSA) :


Mass concrete adalah volume beton dengan dimensi yang cukup besar sehingga perlu pengendalian thermal tehadap panas yang ditimbulkan oleh proses hydrasi semen.
Suatu struktur beton dikatagorikan sebagai beton massa, yakni apabila memiliki dimensi ketebalan minimal antara 1–1,5 m, atau rasio Volume terhadap Luas permukaan > 1,2 atau lebih, dimana tidak dikehedaki untuk mendapatkan kuat tekan awal beton yang sangat tinggi.

PROBLEM UTAMA PADA PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON MASSA 
1.Efek negatif dari perilaku panas hidrasi semen beton massa (thermal behavior).
2.Efek negatif dari diskontinyu supply material beton dan buruknya metode pelaksanaan.  




Umumnya peningkatan temperatur terjadi pada hari ke 1 sampai ke 3 setelah pengecoran. Pada struktur yang sangat tebal, proses penurunan suhu sampai ke ambient temps membutuhkan waktu yang sangat lama.

ILUSTRASI EFEK THERMAL BETON MASSA :



- Temperatur kulit beton <<  Temperatur inti beton.
- Nilai regangan kulit beton <<  nilai regangan inti beton.  
- Kulit beton mengekang dan mengalami retak thermal


-   Terjadinya pengerasan yang cepat pada sisi beton terluar bisa pula mengakibatkan terjebak nya udara proses hidrasi beton yang masih tersisa di sisi dalam.

HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA UPAYA PENGENDALIAN TEMPERATUR BETON MASSA :

       Perbedaan temperatur maksimum antara temperatur di bagian layer terluar, layer tengah,  dan layer terdalam beton yakni 40°C/ jam. Dan perbedaan temperatur maksimum antara layer terluar beton dengan temperatur lingkungan yakni 20°C/ jam.



            Perawatan beton pasca pengecoran  dengan cara mengatur pelepasan panas yang dihasilkan dari reaksi kimia hidrasi semen. Metoda ini dilaksanakan dengan cara menutup  permukaan beton yang berhubungan langsung dengan udara luar dengan plastik + styrofoam.Hal ini penting untuk membatasi keluarnya panas dari permukaan beton, sehingga temperature differential dapat diminimalkan, khususnya pada kondisi cuaca yang sangat dingin. 



METODE PENGUKURAN TEMPERATUR BETON MASSA :

         Pengukuran temperatur beton massa dilakukan dengan cara menanam peralatan instrument sensor temperatur (Thermocouple) pada lapis-lapis dan area struktur beton massa yang akan dimonitor kondisi temperaturnya. Jumlah dan lokasi pemasangan thermocouple pada beton massa, ditentukan berdasarkan pada dimensi struktur beton massa dan titik yang diperlukan untuk dimonitor kondisi perilaku temperaturnya (biasanya ditempatkan pada posisi: pojok-pojok kanan-kiri, tengah, layer bawah, layer tengah, dan layer atas). 




        Berdasarkan referensi ACI 116R, monitoring dan pencatatan data temperatur beton massa diatur sebagai berikut :  Untuk rentang waktu 24 jam pertama, pembacaan temperatur  dilaksanakan setiap 2 jam. Untuk rentang waktu 2 x 24 jam berikutnya, pembacaan temperatur  dilaksanakan setiap 3 jam. Selanjutnya untuk rentang waktu hari ke 4 hingga ke 7,  setiap 24 jam dilakukan pembacaan temperatur 4 kali, yakni: setiap pagi jam 09.00, siang jam 12.00, sore jam 17.00, malam jam 20.00.

PELAKSANAAN PILECAP:

Pekerjaan Lean Concrete
Pekerjaan Begisting